Duber Ukraina Katakan Orang Ukraina Tak Panik dan Siap Hadapi Serangan Rusia

Kiev - Rusia menyerang Ukraina pada Kamis (24/2) subuh, sekitar pukul 05.00 waktu setempat.

Serangan dilakukan tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina.

Mengenai kondisi terkini di Ukraina, Dubes Ukraina untuk RI, Vasyl Hamianin menyampaikan masyarakat Ukraina tidak panik menghadapi serangan Rusia ini.

"Ini yang ingin saya sampaikan, khususnya kepada masyarakat Indonesia, Ukraina tidak panik. Ukraina siap," jelasnya dalam konferensi pers pada Kamis dikutip dari Darkroastpress (24/2) sore.

"Ukraina paham bahwa pembunuhan dan pengeboman akan menyusul. Dan diktator Rusia tidak akan berhenti sebelum apakah mereka kalah atau mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dan yang dia inginkan adalah imperium, wilayah baru, jajahan baru," lanjutnya.

Hamianin juga menegaskan, pihaknya siap melawan balik.

"Kami akan melawan balik sampai akhir sampai mendapatkan kemenangan kami."

Dia mengatakan, dirinya sangat terinspirasi dengan perjuangan kemerdekaan para pahlawan Indonesia dari cengkeraman penjajah.

Dia mengagumi sosok Pangeran Diponegoro dan Jenderal Sudirman.

"Semangat kemerdekaan Indonesia, keinginan Indonesia untuk melindungi tanah airnya, melawan demi tanah airnya, menjadi merdeka, menjadi bebas untuk memutuskan nasibnya sendiri, masa depan sendirinya serta masa depan anak cucu serta masa depan bangsa.

Saya mengagumi semangat ini," ujarnya.

Kenapa warga Ukraina tetap tenang? Karena menurut Hamianin, ini adalah skenario yang sama yang dilakukan Rusia sebagaimana yang pernah dilakukan terhadap Georgia pada 2008.

Saat itu Rusia melakukan provokasi militer, menyalahkan Presiden Georgia saat itu atas tindakannya, dan menduduki wilayah Georgia.

"Jadi Ukraina tidak akan terpengaruh dengan provokasi itu dan akan melawan balik," ujarnya.

Orang Ukraina, lanjutnya, juga sangat paham apa yang harus mereka perjuangkan dan pertahankan.

"Kami memperjuangkan anak-anak kami, ibu-ibu kami, tanah air kami, negara kami."

Mengenai upaya dialog untuk keluar dari krisis ini, dia mengatakan Ukraina selalu terbuka untuk dialog atau jalur diplomatik. Namun itu harus dilakukan kedua belah pihak.

"Tapi bukan hanya Ukraina yang harus memutuskan, harus dua pihak, bukan satu pihak," ujarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perdana Menteri Belanda Minta Maaf ke Indonesia Atas Kekerasan Perang Pada Tahun 1945-1949